BABAK I
Di pagi yang cerah,
burung-burung berkicau menyambut indahnya hari ini. Begitu pula seorang gadis
remaja yang bernama Kemala. Seorang gadis ramah yang memiliki tatapan tajam,
tubuh tinggi semampai, dan wajah cantik dengan dua lesung pipit yang selalu
hadir disetiap senyumnya. Seperti biasa, Kemala melakukan aktivitas setiap
minggu paginya yaitu lari pagi mengengelilingi komplek perumahan sekitar. Saat
tiba di simpang 3, ia teringat pesan Nenek Jamilah untuk membeli koran edisi
hari ini.
Kemala : Wah, kebetulan
ada tukang Koran tuh!
(menghampiri penjual
Koran)
Kemala : Bu, beli Koran
edisi hari ini ya..
Penjual Koran : Ini de.
Rp.5000,- aja.
Kemala : ( Menyodorkan
uang ). Makasih bu.
Disaat yang bersamaan,
terlihat seorang fotografer tua sedang mencari objek untuk difoto, dan
fotografer tua tersebut tidak sengaja menjebret wajah natural Kemala yang
sedang membayar Koran yang dibelinya. Kakek tua tersebut pun terkesima dan
menghampiri Kemala
Fotografer : Permisi,
nak. Tadi kakek sedang iseng foto-foto. Dan kakek tidak sengaja memfoto kamu.
Kakek sangat suka dengan mimic wajah naturalmu. (sambil menyodorkan hasil foto
Kemala)
Kemala : Wah, bagus,
tapi kenapa kakek memoto saya?
Fotografer : jadi
begini nak, kakek mau menawarkan kamu untuk jadi model hijab kalender tahun
ini.
Kemala : Hah? Model,
kek?
Fotografer : Iya, nak.
Kakek harap kamu mau menerima tawaran kakek. Oh, iya nama kamu siapa, nak?
Kemala : Nama saya
Kemala, kek. Saya nggak bisa mutusin sekarang, kek. Saya harus meminta izin
dulu sama Nenek saya dirumah.
Fotografer : Oh,
baiklah nak, o iya rumah kita satu kiomplek nak
Kemala: Oh iya? Tapi
kenapa saya ga pernah liat kakek?
Fotografer: hehe
soalnya kakek baru pindah sekitar dua minggu yang lalu, kakek sering liat kamu
lari pagi keliling komlek
Kemala: hehe iya kek,
saya memang hobi, oh berarti kakek itu tetangga baru itu ya?
Fotographer: iya nak
Kemala: (bergegas
pulang) baiklah kek, saya mau pulang nanti kalau ada kabar tentang tawaran
kakek, saya bisa menghubungi kakek
Setelah selesai berbincang-bincang
dengan fotographer tua itu, Kemala pun pulang. Sesampainya di depan rumah,
Kemala menghampiri Nenek Jamilah yang sedang menyiram tanaman.
Kemala : Selamat pagi,
nek. (Sapa Kemala dengan riang)
Nenek Jamilah : Pagi
juga, sayang. Kenapa kamu kelihatan senang sekali? (Tanya nenek Jamilah dengan
heran)
Kemala : Jadi begini
nek, tadi di simpang 3, pas Kemala lagi beli Koran pesanan nenek, Kemala
bertemu dengan seorang fotografer tua. Terus, beliau menawarkan pekerjaan untuk
jadi model hijab kalender tahun ini, nek.
Nenek : Apa? Seorang
Fotografer tua?
Kemala : Iya, nek.
Tetangga baru kita itu Boleh kan?
Nenek : tidak, Kemala.
Nenek tidak mengizinkan kamu untuk menjadi model.(jawab nenek dengan tegas)
Kemala : Loh, alasannya
apa nek?
Nenek : nenek tidak
setuju, itu sudah keputusan nenek, sana masuk dan mandi nenek sudah menyiapkan
makanan kesukaan kamu (bentak nenek jamilah)
Kemala : baiklah nek,
ini Koran pesanannya nek. ( memberi Koran lalu masuk kedalam rumah)
Kemala terus berfikir
apa yang membuat Nenek Jamilah sangat membenci Kakek Dimejad hingga melarangnya
untuk menjadi model kalender tahun baru. Ia berfikir, bahwa dengan menjadi
model akan membantu menambah penghasilannya menjadi guru les privat.
Setelah selesai mandi,
Kemala menghampiri Nenek Jamilah yang sedang duduk bersantai di ruang keluarga
sambil membaca Koran yang dibeli oleh Kemala tadi pagi.
Kemala : Nenek lagi
apa?
Nenek : Lagi santai,
sambil baca Koran nih, Kemala.
Kemala : Nek, Ceritain
sedikit dong tentang orang tua Kemala..
Nenek : Jadi gini,
Kemala. Kamu menjadi anak yatim-piyatu karena ayah ibumu meninggal dunia
setelah kecelakaan lalu lintas di Luar kota. Saat itu umur kamu masih 3 tahun.
Kemala : Terus,
mengenai Kakek Dullah gimana, nek ?
Nenek : Kakek mu itu
adalah lelaki yang rendah hati, pendiam, tapi cerdas dan kritis. Sebagai
jurnalis yang berani dan jujur, dia menulis secara kritis pula berdasarkan
investigasi yang dilakukannya. Nah, pada masa itu, jurnalis yang kritis
dimusuhi. Kakekmu diculik oleh orang yang tidak dikenal. Mungkin sekali karena
sikapnya itu. Namun, nenek bangga kepada kakekmu itu.
Kemala : Loh, bangga
kenapa nek?
Nenek : Sebab, di massa
itu dapat dihitung dengan jari orang yang berani, jujur dan kritis.
Kemala : oh, jadi gitu
nek. Nenek yang sabar ya.
Nenek : Iya, Kemala,
nenek harap kamu bisa mencontoh perbuatan kakekmu itu. Karena kejujuran adalah
bekal pertama di kehidupan sayang.
Kemala: Insya Allah
nek, kemala akan berusaha menjadi yang terbaik untuk nenek (memeluk nenek
jamilah dengan hangat)
BABAK II
Sabtu malam, setelah
shalat isya, Kemala duduk di teras depan rumah. Terlihat dari kejauhan datang
pria berbadan besar dan berjalan tergopoh-gopoh. Pria tersebut datang dengan suara
batuknya yang mulai terdengar pelan dari kejauhan hingga semakin dekat suara
batuk tersebut semakin jelas terdengar.
Kakek Dimejad :
Assalamualaikum, nak.
Kemala : Eh, kakek.
Walaikum salam. Silahkan duduk, kek?
Kakek : Kamu lagi sbuk
ya, Kemala ? (diselingi batuk)
Kemala : Enggak kok,
kek. Lagi santai aja nih. Kakek sakit ya?
Kakek dimejad: Enggak
kok, Cuma batuk biasa
Kemala: o iya, kakek
sudah lama ya jadi fotographer?
Kakek : Iya, nak. Udah
sekitar 35 tahun.sejak Usia 25 sampai sekarang 60 tahun.
Kemala : oh gitu, kek.
Kakek emang hobby foto-foto ya ?
Kakek dimejad: iya
sejak seusia kamu kamu kakek sering bermimpi menjadi seorang fotographer
terkenal
Kemala: lalu kek?
Kakek dimejad: kakek
terus mengasah kemampuan kakek hingga sekarang
Kemala: wau berarti
kakek sudah professional dong?
Kakek dimejad: tidak,
di atas langit masih ada langit nak
Kemala: kakek sering
ikut kompetisi foto?
Kakek dimejad: bukan
sering, hanya di beberapa kesempatan, dan Alhamdulillah kakek berhasil
Kemala: wau kakek hebat
Kakek dimejad: dulu
kakek sempat menjadi wartawan, namun karena usia dan kondisi fisik kakek yang
sudah tidak mendukung, sekarang kakek hanya focus untuk fotographer saja
Kemala: wau kakek
adalah seorang pekerja keras
Kakek dimejad: itulah
mak, karena kakek pernah memaca kesuksesan itu bukan seberapa besar kamampuan
kita tapi orang yang sukses itu adalah orang yang terus berusaha dengan gigih
Kemala: makasih banyak
motivasinya ya kek
Kakek : Iya, nak. Udah
malam nih, kakek gak enak sama nenek kamu. Kakek pulang dulu ya.
Assalamualaikum.
Kemala : Walaikumsalam,
kek.
Tanpa disadari bahwa nenek jamilah berada di balik
jendela dan mendengar semua perbincangan kemala dengan ahmad dimejad. Saat
setelah ahmad dimejad beranjak dari teras nenek jamilah keluar
Nenek jamilah: benar
benar tidak tau malu, orang yang menceritakan kesuksesannya di masa lalu adalah
orang yang gagal di masa sekarang
Kemala: astaghfirullah,
kenapa nenek begitu membeci kakek fotographer itu? Kakek itu adalah orang yang
baik dan ramah pada semua orang, beliau juga sering membantu masyarakat yang
membutuhkan nek
Nenek jamilah: Kamu
baru kenal dia beberapa hari kemala, itu hanya di luarnya saja sebagai
pencitraan. Sudah jangan membantah nenek cepat masuk ke dalam dan tidur
Mendengar perkataan
nenek jamilah, kemala sangat sedih. Kesalahan sebesar apa yang membuat nenek
jamilah begitu membenci ahmad dimejad. Kemala semakin penasaran karena tidak
mungkin neneknya membenci seseorang tanpa suatu alasan.
BABAK III
Minggu pagi, seperti
biasa, Kemala lari pagi mengelilingi komplek perumahan. Tiba di depan rumah
Kakek Dimejad, terlihat banyak orang dan mobil-mobil mewah di depan rumah Kakek
Dimejad, dan bendera kuning berkibar di depan rumah beliau. Kemala terkejut,
ternyata Kakek Dimejad telah meninggal dunia., penyebabnya tidak lain adalah
penyakit TBC yang telah lama diderita oleh beliau.
Kemala: ada apa bu?
Pelayat: ahmad dimejad
meninggal dunia nak
Kemala: hah beneran bu?
Kapan meninggalnya
Pelayat: dinihari pukul
03.00
Kemala : innalillahi wa
inna illahi rajiun jadi, kakek dimejad sudah meninggal dunia. (ucap kemala,
sambil beranjak menuju rumhnya)
Setelah pulang ke
rumah, Kemala menghampiri Nenek Jamilah yang duduk di ruang keluarga.
Kemala : Nek, Kakek
Dimejad telah meninggal dunia.
Nenek : Kamu serius,
kemala? (Tanya nenek dengan rasa tidak percaya)
Kemala : Beneran, nek.
Tadi di depan ruma beiau ada bendera kuning dan banyak orang-orang yang
ngelayat.
Nenek : Innalillahi
wainnailaihiroji’un. Yaudah, sekarang kamu siap-siap kita ngelayat kerumah
beliau.
Kemala : Iya, nek.
Setelah pergi melayat
ke rumah Kakek Dimejad dan dalam perjalanan, menuju rumah, Kemala
bertanya-tanya kepada nenek mengenai kakek dimejad.
Kemala : Nek, Kemala
boleh Tanya ga?
Nenek : Tanya apa
Kemala?
Kemala : Sebenarnya,
apa yang dilakukan kakek dimejad kepada nenek sehingga nenek kelihatan begitu
membenci kakek dimejad?
Nenek : Dia tidak
melakukan apa-apa kepadaku.
Kemala : lantas,
mengapa nenek tidak menyukainya?
Nenek : Jadi gini, Nama
lengkap fotografer tua itu adalah Ahmad Dimejad. Semasa muda, ia dan kaekmu
bersahabat,. Ketika orang-orang politik mengelompokkan masyarakat
terkotak-kotak, hubungan Ahmad Dimejad denga kakekmujadi renggang. Bahkan,
kedua orang yang semula sohib itu jadi bersebrangan. Terakhir, ahmad Dimejad
memfitnah kekekmu, katanya kakekmu yang kritis dan revolusioner itu adalah
kader PKI hingga akhirnya kakekmu diculik oleh orang tidak dikenal.
Kemala : Oh, jadi gitu
ceritanya nek.
Nenek : Iya, Kemala.
Tapi sekarang nenek sudah memaafkan dan mengikhlaskan kakek dimejad.
Kemala: syukurlah
kemala fikir nenek masih dendam pada kakek dimejad
Nenek: tidak kemala,
nenek tidak mungkin memiliki sifat dendam, walaupun nenek masih belum bisa
menerima keberadaannya seperti sedia kala.
Setelah
mendengar sekilas mengenai Kakek Dimejad terjawablah sudah hal yang membuat
Kemala penasaran. Namun, ia tetap lega karena Neneknya tidak dendam kepada
Kakek Dimejad. Dan Kakek Dimejad telah pergi meninggalkan dunia bersama maaf
dan keikhlasan nenek jamilah.
Properti :
1. Kerudung
hitam
2. Baju
olah raga
3. Kaca
mata hitam
4. Koran
5. Buku
kecil ( surat yasin )
6. Pot
bunga
7. Kamera
8. Jajanan
( penjual makanan )
9. Sarung
10. Tulisan
org meniggal & Foto kakek dimejad
11. Foto
yola
12. Handuk
kecil ( jogging )
13. Penyiram
tanaman
14. Kaca
mata ( nenek )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar